Jumat, 16 Oktober 2009

Menjawab Tantangan

Ada sebuah postingan di Blog Kompasiana yang berisi tantangan kepada para semua penganut agama. Ada ebberapa yang bisa digaris bawahi dari postingan tersebut, diantaranya Penulis adalahs eorang penganut Katholik, Penulis sudah lama meninggalkan agamanya dengan tidak lagi pergi ke gereja sejak 1986, Penulis berpendapat semua agama pada waktunya akan mati termasuk Islam, agama tidak akan membuat penganutnya maju, Ilmu akan menjadi agama baru di masa depan, dst.
Bagi saya, seorang penganut agama, tulisan tersebut jelas menjadi tantangan (bukan dalam artian fisik lho yaaa) untuk membuktikan bahwa agama tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan agama bisa menuntun manusia untuk berpikir dan maju. Kenapa saya bilang begitu?
Dalam Islam, ayat yang pertama turun berbunyi IQRA! Bacalah! Ayat pertama tersebut jelas menyuruh semua orang untuk membaca, belajar, menuntut ilmu agar manusia pinter. Dari situ bisa dismpulkan bahwa Islam agama yang terbuka, menyuruh penganutnya belajar. Tidak seperti agama lain yang menabukan ilmu pengetahuan karena mungkin agama tersebut akan layu bila dihadapkan dengan ilmu pengetahun.
Berbagai komentar dari postingan di atas, kebanyakan seagama dari si Penulis, cenderung mengamini postingan. Jadi agama tidaklah penting, bagi mereka.
Terkadang saya berpikir, manusia di bumi ibarat anak ayam yang tak berinduk apabila tidak ada Sang Pencipta. Tapi ada sebagian orang yang tidak mempercayainya (atheis) karena berpendapat Tuhan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.
Sebuah penelitian ilmiah pernah menemukan bahwa di hati manusia ada titik yang diberi nama God Spot (sebuah titik yang membuat manusia cenderung mengakui adanya Tuhan meski lahiriahnya mungkin memungkiri).
Oke, sekrang katakanlah kita sudah percaya Tuhan, lalu bagaimana dan dengan apa kita berkomunikasi dengan-Nya? Menurut saya, tidak mungkin Tuhan akan membiarkan manusia terombang ambing mencari dan bertanya-tanya bagaimana menemui-Nya?
Karena itu diutuslah seorang wakil Tuhan untuk menyampaikan informasi tentang jati diri Tuhan, dan (biasanya) kehidupan baru setelah mati serta tata cara manusia berkomunikasi dengan-Nya.
Sepanjang sejarah manusia telah ada ribuan yang mengaku utusan Tuhan. Ada yang untuk diri sendiri dan kaumnya saja dan ada yang mengklaim untuk semua manusia. Para utusan tersebut membawa yang kita sebut agama, yang berbeda.
Utusan yang manakah yang bisa kita percayai dan ikuti?
Sayangnya diantara ribuan utusan tersebut hanya sedikit yang bisa dibuktikan dan ditelusuri sejarahnya.
Sampai di sini lalu ada seorang cendekiawan yang memberikan kriteria tentang utusan dan agama yang pantas kita ikuti dengan asumsi utusan tersebut benar-benar ada dan bisa dibuktikan sejarahnya dengan bukti otentik. Pertama, utusan tersebut adalah orang yang terpercaya dan tidak pernah bohong. Sekali orang pernah berbohong, orang lain tidak akan percaya sepenuhnya terhadap apa yang dia bicarakan. Kedua, informasi dari Tuhan dalam bentuk kitab suci adalah otentik, orisinil, tidak pernah ada campur tangan dirinya dan manusia lain sesudahnya. Ketiga, konsep ketuhanan yang dia bawa adalah masuk akal dan mudah dipahami.
Nah dari kriteria tersebut, manusia tinggal menilai diantara utusan Tuhan dan agama yang ada sekarang kemudian memilih sesuai akal sehat dan hati nurani.

Mungkin ini bukan sebuah jawaban atas tantangan psotingan di atas, setidak-tidaknya ini buah pikiran saya.


EmoticonEmoticon