Senin, 12 Oktober 2009

Tour to Tarakan



Wongcikawung (berbaju biru) saat tiba di Bandara Juwata, Tarakan

Perjalanan merupakan hal yang akan dilakukan oleh semua orang, baik perjalanan dalam arti yang sebenarnya yaitu jalan-jalan maupun perjalanan dalam arti lebih luas, menjalani dan meraungi hidup.
Kali ini wongcikawung mendapat kesempatan untuk melakukan perjalanan (bukan sekedar jalan-jalan) ke Tarakan, sebuah pulau di Utara Kalimantan Timur. Pulau yang meski jauh dari hiruk pikuk magnet ibu kota tetapi memiliki kandungan kekayaan alam yang luar biasa sehingga menciptakan hiruk pikuk tersendiri di pulau tersebut. Potensi cadangan minyak mencapai 451 juta barrel, potensi gas mencapai 119 milyar kaki kubik.(http://www.tarakankota.go.id/in/Potensi_Daerah.php?op=sda).
Kandungan kekayaan alam tersebut sampai menarik 'hati' PT Pertamina dan PT Medco untuk mencari peruntungan di sana dengan melakukan eksplorasi dan eksploitasi atas minyak dan gas.
Tapi kita tidak akan membahas hal tersebut.
Meski perjalanan ke Pulau Tarakan dilakukan akhir tahun 2008, tapi saya kira masih relevan untuk diceritakan kembali sekedar yang masih bisa diingat.
Armada yang melayani penerbangan ke Tarakan, salah satunya adalah Mandala Airlines.
Landing di Bandara Internasional (klaimnya seperti itu) Juwata, tim kami langsung dijemput menuju ke Hotel Tarakan Plaza, sebuah hotel yang bintang dua yang lumayan bersih. Masih ingat, pas sarapan pagi bareng satu waktu dengan Butet Kertarajasa. Katanya diundang ke Kota Malinau, di Kalimantan Daratan, dalam rangka memeriahkan HUT Kota Malinau. Ke Malinau bisa ditempuh dengan pesawat kecil (terkadang ngga kebagian seat karena gemuknya jalur) dan dengan kapal ferry.

Yang paling mengesankan sekaligus miris selama perjalanan di Tarakan adalah saat berkunjung ke sebuah perusahaan industri kayu lapis terbesar. Mengesankan karena baru pertama kali melihat proses pembuatan kayu lapis dari kayu log diproses menjadi kayu lapis yang siap ekspor. Miris karena baru pertama kali juga melihat kayu gelondongan panjang dan besar-besar diameternya, yang telah berusia puluhan bahkan mungkin ratusan tahun ditebang begitu saja dari hutan Kalimantan dan dijadikan komoditi kerakusan manusia dalam bentuk kayu lapis. Ngga bisa dibayangin betapa hutan yang begitu luas dan lebat dalam beberapa tahun sudah gundul dan mengenaskan. Perlu puluhan bahkan mungkin ratusan tahun untuk memulihkan kembali hutan-hutan yang telah dibabat habis oleh manusia yang demi menuruti hawa nafsu menghancurkan warisan untuk generasi mendatang.

Menyedihkan.........

Hal yang menyedihkan lainnya, dan juga mungkin hampir di tiap tempat wisata di daerah, tidak terurusnya icon wisata. Salah satu icon pariwisata di Tarakan adalah Panati Amal.
Katanya tempat wisata, tetapi kotor, tidak terawat dan tidak terurus. Bila seperti itu keadaanya, siapa yang akan sudi berkunjung?


Pantai Amal


EmoticonEmoticon