Rabu, 18 November 2009

Kita Bangsa Ramah, Tapi Tidak di Sepak bola

Hampir saja saya ngambek, tidak melanjutkan nonton sepak bola yang baru saja usai, Indonesia vs Kuwait, gara-gara banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh pemain kita. Sampai ada yang di kartu merah segala. Sedikit-dikit wasit meniup peluit tanda ada pelanggaran. Sepertinya tiap kali pemain kita kontak dengan pemain lawan, pemain lawan terjatuh. Entah karena kakinya dilanggar atau badannya ditabrak. Tapi kalau bukan karena 'nasionalisme' (sok nasionalis hehehe..), sudah kuganti channel.
Kira-kira apa ya reaksi para pemain kuwait, para ofisial dan mungkin orang asing yang menonton pertandingan malam ini di Gelora Bung Karno yang melihat pertandingan yang tidak sportif/kasar yang dilakukan oleh para pemain Indonesia? Jangan-jangan, sebelum bertanding mereka saling berbisik,'hati-hati main sama orang Indonesia, kasar-kasar'. Mohon maaf, itu perasaan saya saja karena saya (dan pasti para pembaca juga) memang ngga suka sama pertandingan yang ngga sportif, kasar, dan segala cara ditempuh untuk meraih kemenangan.
Kekasaran permainan memang tidak hanya dilakukan oleh pemain Indonesia, pemain Kuwait pun melakukannya, tapi sepertinya karena memang telah 'dirangsang' dulu oleh pemain kita.
Kita dikenal bangsa yang ramah, tapi sulit sekali diwujudkan di dalam pertandingan sepak bola, kenapa ya? Apakah dalam pertandingan ada doktrin untuk melakukan tekel atau semacamnya terhadap pemain lawan? Atau memang niat sebelum bertanding cuma mau berkelahi? Maksud saya bukan berarti dalam bertanding kita mempersilakan atau monggo saja bila bola mau masuk gawang (hehehehe...) karena pemain internasional pun terkadang melakukan hal-hal yang tidak sportif. Tetapi mereka para pemain internasional masih menghormati wasit, bukan seperti pemain kita yang mengejar-ngejar mau menghajar wasit. Mestinya mereka sadar bahwa ribuan bahkan jutaan pasang mata sedang menonton. Bila adegan kekerasan mereka peragakan, akan mendorong penonton untuk ikut terpancing dan melakukan hal serupa baik di stadion maupun di luar. Dan ini sudah sering terjadi di kompetisi domestik. Penonton ikut ngamuk ketika para pemain berkelahi di lapangan.
Menurut saya yang harus selalu kita pegang teguh dalam berkompetisi hanyalah sportivitas dan ikuti saja aturan yang berlaku meski aturan yang berlaku bisa jadi macan ompong juga bila tidak ditegakkan dengan sungguh-sungguh. Kekerasan yang terjadi berulang karena tidak adanya penegakkan aturan/hukum yang tegas alias terlalu banyak kompromi/toleransi dari aparat dan pelaku.
Semoga saja para pelatih dan ofisial lebih sering memberi 'pelajaran' tersendiri, khusus pelajaran sportivitas. Agar kita bisa menampilkan wajah kita yang ramah, sportif dan taat aturan.
Meski berakhir imbang 1-1, tak lupa saya ucapkan selamat atas gigihnya perjuangan para pemain Indonesia. Jangan menyerah, teruslah berlatih agar menjadi tim yang hebat di masa depan.


Tulisan ini telah dipublikasikan di Kompasiana


EmoticonEmoticon