Kamis, 18 November 2010

Simple Way To Prove The Truth Of Islam

It's just personal view enriched with bibliographic literature

Islam bukanlah agama yang rumit (complicated) baik dalam ritual maupun dalam pembuktian kebenarannya (proving the truth). Begitu sederhana dan mudah untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama yang benar, yang berasal dari Tuhan.

Pembuktian yang dapat diterima umum dan logis didasarkan pada penelitian/bukti ilmiah. Dari awal kemunculan (sejak lahir) Nabi SAW hingga wafatnya terdokumentasi secara otentik (tergambar secara jelas, baik sebagai suami, ayah, pemimpin negara dan pemimpin umat. Hal ini tidak dijumpai pada para pemimpin agama lain karena tidak ada periwayatan mereka yang dapat dibuktikan secara ilmiah)

Sirah NAbi SAW (dokumentasi kehidupan otentik) ini sudah melalui tahap pengujian ilmiah oleh para ahli sehingga diakui keabsahannya secara internasional. Diantara ahli yang telah menguji keabsahan riwayat perikehidupan Nabi SAW adalah Dr Musthafa Husni Assiba’i melalui bukunya yang terkenal, 'Assunah Sebagai Sumber Hukum Islam'. Keistimewaan sirah yang sahih dan tiada keraguan ini, tidak terdapat dalam sirah rasul-rasul Allah SWT lainnya.

Sirah Musa Alaihi Assalam yang ada pada hari ini telah bercampur aduk antara peristiwa-peristiwanya yang sahih dengan pemalsuan yang dimasukkan oleh Yahudi. Kita tidak dapat merujuk kepada Taurat yang ada kini untuk memahami sirah Musa a.s. yang sebenarnya. Banyak pengkritik Barat meragukan kandungan setengah safarnya (surah-surah dalam Taurat). Sebagian dari mereka memutuskan secara pasti bahwa setengah safar itu tidak ditulis pada masa Musa a.s. hidup atau sedikit saja setelah kematiannya. la hanya ditulis setelah waktu yang lama sejak kematiannya tanpa diketahui siapa penulisnya. Fakta ini saja sudah cukup untuk meragukan kesahihan sirah Musa a.s. yang terdapat di dalam Taurat. Justeru itu, orang Islam tidak dapat beriman dengan kesahihan sirahnya melainkan apa yang dinyatakan dalam al-Quran al-Karim dan Sunnah Nabi SAW yang sahih.

Masalah yang sama juga terdapat di sirah Nabi Isa Alaihi Assalam. Injil-injil yang dipakai secara resmi oleh gereja-gereja Kristen hanya diakui setelah beratus-ratus tahun setelah kematian al-Masih. Tanpa melalui pengujian ilmiah riwayat tersebut, Injil- injil ini dipilih dari ratusan Injil yang tersebar luas di tangan penganut Kristen saat itu. Apalagi, hubungan terkait Injil-injil ini dengan penulisnya tidak disahkan melalui susur galur ilmiah yang memuaskan. la tidak diriwayatkan dengan sanad (periwayat) yang bersambung hingga kepada penulisnya. Para pengkritik Barat juga berbeda pendapat mengenai sebagian nama penulis tersebut, siapakah mereka? Pada zaman manakah mereka hidup?

Sedangkan kehidupan Nabi SAW pada setiap tahapan hidupnya amat jelas, yaitu sejak perkawinan kedua orang tuanya, Abdullah dengan Aminah, hingga Nabi SAW wafat. Kita mengetahui banyak hal tentang kelahiran, ketika masih anak-anak, remaja, sumber pencarian kebenaran sebelum kenabian dan pengembaraan-pengembaraannya ke luar Makkah hingga Allah SWT mengutusnya sebagai Rasul.

Kita juga mengetahui secara lebih detil, jelas dan sempurna setiap hal mengenai Nabi SAW setelah menjadi Rasul, tahun demi tahun. Ini menjadikan sirah Nabi SAW jelas dan terang seumpama matahari.

Fenomena seperti ini tidak mudah didapati di kalangan rasul-rasul terdahulu. Kita tidak tahu kehidupan tentang Musa a.s. ketika masih anak-anak, remaja maupun sumber pencariannya sebelum menjadi nabi. Kita hanya mengetahui sedikit saja kehidupan Musa selepas kenabian. Hal Ini tidak memberi gambaran sempurna mengenai keperibadiannya kepada kita. Hal yang sama juga dialami oleh Nabi Isa a.s.

Kita tidak mengetahui ketika Isa anak-anak, remaja dan masa pencarian kebenaran melainkan apa yang diceritakan oleh Injil-injil hari ini. Injil menceritakan bahwa Isa telah memasuki tempat ibadah Yahudi dan berbincang dengan pendeta-pendetanya. Inilah satu-satunya kejadian yang disebutkan ketika Isa masih anak-anak. Selanjutnya, kita tidak mengetahui tentang beliau setelah kenabian melainkan peristiwa yang berkaitan dengan dakwah dan sedikit tentang cara hidupnya.

Bila ada beberapa agama, yang satu secara jelas menunjukkan jalan hidup dengan mengatur semua hal terkait kehidupan manusia (dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali, cara mandi, cara makan dan minum, cara berpakaian, berjalan, cara bergaul dengan orang lain, cara duduk di majelis, berbicara, cara bagaimana berhubungan suami istri, mengatur negara, mengatur pembagian harta, waris, cara berperang dan bagaimana memperlakukan wanita dan orang tua, dan hal-hal lainnya agar terjadi harmonisasi kehidupan sehingga manusia selamat dunia akhirat), dan agama lainnya tidak atau kurang lengkap dalam memberikan petunjuk kehidupan (way of life), maka andalah yang bisa menilai agama tersebut.

Mengapa kita mempertaruhkan kehidupan yang singkat di dunia ini dengan sesuatu yang kita sendiri tidak yakin akan kebenarannya?

Let's rethink!


EmoticonEmoticon