Senin, 16 November 2009

Proyek Ambisius PDAM Kota Balikpapan







Kemarin saya membaca topik di sebuah surat kabar lokal di Kaltim. Topik yang diangkat adalah rencana PDAM Kota Balikpapan menyediakan air bersih siap minum. Proyek ini bekerja sama dengan pihak swasta dan bila disetujui, diperkirakan akan dapat direalisasi dalam waktu dua tahun.
Sebagai warga Balikpapan tentu saja saya setuju atas rencana Pemkot dalam hal ini PDAM Kota Balikpapan dalam memberikan fasilitas terbaik bagi masyarakat. Tapi apakah itu yang saat ini diperlukan oleh warga Balikpapan, khususnya pelanggan PDAM? Bila memang sudah diperlukan, apakah infrastruktur sudah siap dan memadai? Di luar kedua pertanyaan tersebut dan masih mungkin banyak pertanyaan/gugatan atas rencana tersebut, ada hal-hal yang lebih penting yang perlu segera direalisasikan oleh Pemkot dari pada sekedar membuang uang untuk proyek yang kalau boleh saya bilang ambisius itu.
Beberapa waktu yang lalu juga sempat muncul wacana membuat bus angkutan massal semacam busway di Jakarta untuk mengatasi kemacetan yang mulai menjalar di kota Balikpapan terutama pagi dan sore saat orang pergi dan pulang kerja. Tapi seiring berjalannya waktu, wacana tersebut 'menguap' dengan sendirinya, mungkin karena wacana tersebut terlalu muluk dan tidak realistis bagi sebagian orang. Lagi-lagi, kita pandai dalam berwacana dalam banyak hal tapi tidak dalam bertindak.

Kembali ke masalah air, boleh dikatakan, pemegang monopoli distribusi air di seluruh Indonesia adalah PDAM. Dan tidak ada cerita yang enak dari pengelolaan air oleh PDAM. Mulai dari air sering ngadat, tarif yang selalu naik sampai laporan keuangan yang selalu rugi (jual air kok rugi?). Masalah ini sangat klasik, tapi meski klasik masalah ini terus berulang tiap tahun dan tentu saja dikeluhkan para pelanggan, tak terkecuali di Balikpapan.
Masalah pokok yang saat ini masih dirasakan pelanggan PDAM Kota Balikpapan adalah
- Air yang tidak pernah jernih (sebenarnya masih beruntung yang mendapat 'kucuran' air meski keruh dibanding pelanggan di daerah tertentu yang kadang harus menunggu beberapa hari baru air bisa mengalir. Dan ini fakta dari beberapa keluhan di surat kabar lokal). Belum bisa membuat air jernih kok berambisi membuat air siap minum. Apa kata dunia?
- Tarif yang tidak pernah tetap alias selalu bergerak naik dari tahun ke tahun dan ini sudah dibakukan melalui Perda No. 4 Tahun 2007 tentang tarif air PDAM, yang mana setiap tahun tarif air (harus) naik 10%(saat ini tarif bila pemakaian s.d. 10m3 adalah Rp 3.603/m3 dan pemakaian di atas 10m3 terkena tarif Rp 6.974/m3) dan kenaikan tarif PDAM untuk tahun 2010 tinggal menunggu ketok palu dari anggota dewan. Warga Kota Balikpapan siap-siap kecewa dan mengurut dada menunggu disahkannya kenaikan tarif ini. Selama ini warga hanya bisa pasrah karena pasokan air hanya berharap pada PDAM. Air tanah di kota Balikpapan tidak layak minum karena keruh kekuning-kuningan.
- Sering terjadi gangguan suplai air karena pipa bocor atau rusak. Meski cepat ditangani tapi air biasanya perlu waktu dua atau tiga hari baru sampai ke pelanggan di daerah yang tinggi. Pernah penulis mengungsi di hotel karena air di rumah habis akibat kerusakan pipa PDAM.

Ketiga masalah tersebut di atas yang rutin dialami para pelanggan PDAM itulah yang sebenarnya harus menjadi prioritas kerja PDAM Kota Balikpapan. Bila itu sudah dibenahi dengan tuntas, silakan berpikir untuk melakukan hal lainnya demi kepuasan para konsumen.


Tulisan ini telah dipublikasikan di Kompasiana


EmoticonEmoticon