Sebuah koran harian lokal di Kalimantan Timur kemarin, 14 Oktober 2009, memberitakan bahwa Provinsi Kalimantan Timur meraih 'prestasi' buruk, yaitu masuk kelompok 10 Besar Provinsi yang penderita HIV/Aids nya paling banyak. Wooww !!
Dalam arus informasi yang begitu banyak, beragam dan berjalan begitu cepat, sebuah berita yang dulu mungkin teras begitu menghebohkan, memilukan dan menyedihkan, sekarang mungkin sekedar sebagai angka-angka statistik yang tidak lagi mempunyai gereget apalagi sampai mempengaruhi orang untuk bertindak.
Tapi selayaknya untuk masalah yang begitu massive ini (penyebaran virus HIV/Aids), kita tidak menutup mata dan menganggap sebagai berita yang biasa saja. Kita mesti prihatin, sedih dan introspeksi akan keadaan yang begitu buruk.
Lalu, siapakah yang bertangung jawab akan begitu cepatnya virus ini menyebar di antara kita?
Oh ya, di banyak tempat yang di dalamnya banyak orang asing, termasuk Kaltim karena magnet kekayaan alam sehingga banyak orang dan perusahaan asing datang untuk mengeruknya, banyak sarana bagi tersebarnya virus mematikan tersebut. Seolah-olah bila ada orang asing, harus dimanjakan dengan aneka hiburan penyalur syahwat.
Penderita tertinggi ada di Samarinda, kedua di Balikpapan, Tarakan dan seterusnya. Di tempat-tempat tersebut bertebaran aneka tempat-tempat yang menjajakan kenikmatan duniawi. Dari panti pijat, karaoke, diskotek, bar, tempat prostitusi dan lainnya. Dan saya kira tempat seperti ini asal mula menyebarnya virus.
Semua pihak harus mempunyai rasa tanggung jawab agar virus tersebut tidak terus menyerang semua orang, termasuk orang tidak bersalah. Karena itu para pejabat di lingkup pemerintahan daerah agar membatasi pemberian ijin pendirina tempat hiburan. Jangan asal ada uang (apalagi untuk kantong pribadi) dan demi mencapai target PAD, maka dengan gampang memberi ijin pada orang untuk membuka sarana maksiat. Para pejabat/pemimpin kelak akan dimintai tanggung jawab atas apa yang telah dikerjakan.
Pihak lain yang mesti memiliki tanggung jawab adalah media, khususnya surat kabar. Di Kaltim ada dua surat kabar lokal yang menguasai pangsa pasar pembaca koran yaitu Kaltim Pos (Jawa Pos Grup) dan Tribun Kaltim (Grup Kompas). Kedua koran ini selalu dimanfaatkan oleh para pemilik tempat hiburan untuk beriklan secara besar-besaran, terus menerus (setiap hari, karena koran tetap terbit meski pada hari libur nasional sekalipun), cenderung vulgar karena sesekali menampilkan pose wanita seksi, dan tidak sesuai kaidah jurnalistik karena mengiklankan harga minuman keras!
Padahal kota Balikpapan mengklaim sebagai madinatul iman (ah... hanya slogan)
Secara psikologis, masyarakat yang setiap hari dijejali iklan dorongan untuk bermaksiat, lama-lama akan menoleransi, penasaran dan akan masuk perangkap ke tempat-tempat tersebut.
Mohon perhatian para pemilik media agar jangan hanya mengejar target iklan tapi mengorbankan masyarakat. Masyarakat menjadi rusak karena terjerumus oleh rayuan iklan maksiat.
Naudzubillah..
Kamis, 15 Oktober 2009
Kaltim Masuk 10 Besar
✔
Unknown
Tags
Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon