Dalam segala hal, bangsa yang tidak percaya diri atau merasa inferior, sering menjadikan Barat (western) selalu menjadi rujukan dalam segala hal. Dari pakaian, pergaulan atau gaya hidup, cara bicara, makan sampai hal yang remeh temeh, kamar mandi! Semua sah-sah saja selama tidak mengeliminasi nilai-nilai asli ketimuran kita yang sangat menjunjung tinggi etika, moral dan sopan santun. Tapi saya tidak akan menuliskan hal-hal terkait nilai-nilai ketimuran versus nilai Barat. Saya hanya akan berfokus pada pengaruh western style yang sudah masuk sampai di kamar mandi! Dalam bentuk apa? itu yang saya tulis di sini.
Di akhir tahun 70-an saat masih kecil, saya dan banyak warga pedesaan di Banyumas (dan saya yakin hampir semua daerah di Indonesia) menggunakan sungai sebagai sarana MCK (Mandi Cuci Kakus). Sampai saat ini pun mungkin masih banyak yang menggunakannya. Saat itu debit air sungai masih besar, jumlah penduduk juga belum sebanyak sekarang, sehingga kebersihan air sungai cukup terjaga meski warga menggunakannya sebagai MCK.
Awal tahun 80-an, mulai banyak orang membuat kolam-kolam ikan di pinggir sungai (memanfaatkan air dari sungai) di mana kakus (WC) dibuat di kolam tersebut. Di dalam WC disediakan pancuran air yang terus mengalir (bersumber dari air sungai). Adanya WC di kolam ikan memberi dua manfaat, jumlah orang yang buang air besar di sungai menjadi berkurang sehingga 'polusi' air sungai berkurang, dan kedua, WC tersebut merupakan sumber makanan bagi ikan sehingga pemilik kolam ikan tidak perlu susah payah mencari umpan.
Evolusi ke tiga tempat buang hajat di desa adalah di saat warga mulai membangun kamar-kamar mandi di rumah sendiri. Biasanya warga yang membangun kamar mandi dan WC di rumah sendiri adalah warga yang tingkat ekonominya cukup mapan. Karena biaya untuk membangunnya, dari kacamata orang desa, cukup besar. Pertama, harus menggali sumur yang biasanya dilakukan oleh khusus tukang gali. Kedua, bila sumur sudah keluar airnya, diperlukan mesin pompa air agar tidak repot bila dilakukan dengan timba manual. Ketiga, harus membangun kamar mandi itu sendiri plus WC dan kolam pembuangan air. Sudah umum bila setiap kamar mandi disediakan bak air (karena bukan sistem shower atau bathtub). Sehingga air ditampung di bak mandi. WC yang digunakan adalah WC jongkok, bukan duduk.
Evolusi keempat tentang buang hajat saya alami ketika suatu saat saya berada di sebuah hotel berbintang. Di hotel tersebut WC nya model duduk. Bagi yang tidak terbiasa, akan memaksakan untuk jongkok di atas WC duduk karena sulit menyesuaikan. Model seperti ini juga sudah banyak diadopsi oleh banyak gedung tinggi di kota-kota besar.
Ada hal yang lebih mengejutkan saya ketika saya menginap di sebuah hotel bintang empat di suatu kota. Sebagaimana umumnya, di kamar mandi tidak ada bak mandi. Kran air juga hanya untuk washtafel. Jadi mandinya dengan dengan cara berendam di bathtub. Fasilitas WC nya cuma tisu dan semprotan air sebesar sedotan (ngirit banget tuh) yang terletak tepat di belakang (maaf) pantat bila kita duduk di closet tersebut. Sekali lagi, bila tidak terbiasa dengan model seperti itu, bisa-bisa hajat buang air besarnya ditahan-tahan sampai pulang ke rumah.
Sekarang, yang menjadi pertanyaan adalah model seperti itu mengadopsi dari mana dan untuk siapa? Menurut saya model seperti itu jelas mengambil gaya Barat. Tapi tidak semua pengguna hotel adalah orang Barat bukan? Pasti mayoritas adalah orang Indonesia dan mayoritas juga orang Islam yang menggunakan hotel tersebut.
Karena dalam Islam dituntuk kebersihan dan kesucian, maka model WC yang serba 'minimalis' alias ngirit akan kurang menjamin kesucian dalam bersuci setelah buang hajat. Terlebih bila di WC hanya disediakan tisu saja. Kamar mandi yang tidak dilengkapi dengan kran air juga menyulitkan orang Islam yang akan berwudlu. Karena itu, idelanya semua bangunan atau gedung megah serta hotel-hotel tetap memberikan fasilitas atau kemudahan bagi orang Islam dalam menjalankan kewajibannya.
Minggu, 27 Juni 2010
Western Style Selalu Menjadi Rujukan?
✔
Unknown
Tags
Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 comments
bener banget tuh, emg klo g terbiasa susah juga, hehehe :D
saya suka banget bagian bawah dr artikel ini ttg fasilitas utk muslim dhotel * berbintang, seharusnya ada tempat khusus utk mengambil air wudhu, jd ibadah g terganggu krna memikirkan gmana cara ngambilnya.. hehe
@Bung Neza, trims ya telah mampir ke blog saya....
Kalo yg ngga biasa dg model wc/kmr mandi 'modern', bisa mengakibatkan cultural shock tuhhh...hehehehe...
EmoticonEmoticon