Minggu, 19 September 2010

Tarakan, Dari Tom Yam Sampai Pantai Amal

Akhir Juli lalu, untuk yang kedua kalinya saya berkunjung ke Tarakan. Tarakan adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah utara provinsi Kalimantan Timur dan berpenduduk lebih dari 192 ribu orang (sesuai hasil sensus BPS, sumber: ini). Meski penduduknya relatif sedikit, tetapi Kotamadya Tarakan adalah kota yang hidup, dalam arti tidak sepi dari aktivitas bisnis. Ya, karena Tarakan kaya akan minyak bumi, di samping kaya akan hasil laut berupa udang yang telah diekspor ke negara-negara Eropa dan Jepang. Eksportir udang terbesar di Tarakan adalah PT Tunas Nelayan dan PT Mustika Minanusa Aurora. Tahun 2006 nilai ekspornya mencapai US$ 87.34 juta (Sumber: lihat)

Salah satu bukti bahwa Tarakan kaya akan minyak bumi adalah bertebarannya puluhan ‘pompa angguk’, yaitu pompa (seperti gambar di atas) yang terus 'mengangguk' bekerja non stop memompa minyak dari perut bumi.
Dua perusahaan besar yang sudah puluhan tahun melakukan pengeboran minyak di Tarakan adalah PT Pertamina dan PT Medco Energi (dimiliki oleh konglomerat pribumi, Arifin Panigoro). Di Tarakan juga ada sebuah perusahaan besar eksportir kayu lapis, yaitu PT Idec Abadiwood Industries. Saking besar dan terkenalnya perusahaan ini, hampir semua orang di Tarakan tahu. Kayu yang digunakan sebagai bahan baku kayu lapis berupa kayu log ukuran raksasa yang diameternya bisa mencapai 2 meter! Kayu log ini diperoleh dari hutan di Kalimantan daratan.

Pulau Tarakan hanya bisa dijangkau dengan kapal laut (sejenis fery atau speedboat) dan pesawat. Karena starting point kami dari Balikpapan, maka kami naik pesawat. Ada beberapa pesawat yang melayani rute Balikpapan-Tarakan, diantaranya adalah Mandala Airlines, Lion Air dan Sriwijaya Air. Saat itu, 20 Juli 2010, kami berangkat menggunakan Mandala Airlines. Dari Balikpapan jam 09.40 Wita dan hanya membutuhkan 50 menit penerbangan sampai di Juwata International Airport Tarakan. Tiket Rp 362.500 net per orang (saat itu kebetulan off peak, jadi tiket tidak mahal).

Kira-kira jam 10.30 Wita pesawat mendarat di Bandara Juwata. Dan lebih kurang 10 menit dari Bandara, ada sebuah warung makan, bernama Wr. Sundari (mungkin nama pemilik) yang ramai dikunjungi saat jam makan siang. Kami mencoba menu di situ, yaitu ayam lalapan. Maknyus.
Hotel Tarakan Plaza

Usai makan siang, kami check-in di hotel yang cukup terkenal, Hotel Tarakan Plaza, di Jalan Yos Sudarso No. 1. Pada kunjungan pertama 2008 yang lalu, saya sempat ketemu Butet Kertarajasa saat sarapan di hotel ini. Selain Hotel Tarakan Plaza, ada hotel terkenal lainnya, Swiss Bell Hotel, di Jalan Mulawarman No. 15.

Untuk makan malam, ada tempat yang cukup terkenal yaitu Rumah Makan Nelayan. Meski namanya RM Nelayan, tapi menu yang sajikan (dan menjadi andalan) adalah menu Thailand, yaitu Tom-Yam dan Pattaya.
Harganya murah meriah (paling murah Rp 25rb per orang) tetapi cukup memuaskan.

Pantai Amal

Salah satu tempat yang dulu terkenal dan banyak dikunjungi warga adalah pantai Amal (kira-kira lima kilometer dari hotel tempat menginap).
Siang menjelang sore, kami mengunjungi kawasan wisata tersebut. Dan kondisi pantai Amal tidak seperti yang dibayangkan semula. Pantai nampak sepi dari pengunjung, yang banyak hanya deretan penjual kelapa muda, ikan dan kerang. Di sana sini banyak pengurukan dan hampir sepanjang pantai telah diberi benteng dari semen. Konon, pantai Amal nantinya akan dibuat seperti pantai Ancol di Jakarta.
Amien...Mudah-mudahan cepat terwujud mengingat di Tarakan hampir tidak ada tempat hiburan, kecuali beberapa karaoke saja. Tapi tidak semua orang suka karaoke, bukan?


EmoticonEmoticon